Menu

Senin, 26 Agustus 2013

Spot terpanas (jalan terpanas di Surabaya)


Welcome to Surabaya

Surabaya Green ‘n Clean

Itulah semboyan yang di kumandangkan Bu Risma selama menjabat jadi walikota Surabaya. Surabaya kini dipenuhi oleh taman-taman baru membuat Surabaya semakin indah. Tapi ada beberapa spot di Surabaya yang memang jauh dari kesan indah/sejuk alias spot terpanas.
Dari view saya selama berkelana di Surabaya saya bias menelurkan beberapa spot di Surabaya yang memang panas di kala siang hari. Panas disini secara global yah, karena bila anda lewat di spot tersebut berasa beda dengan spot lain di Surabaya.













7.  Kenjeran – pantai kenjeran
Maklum dataran pantai, wajar bila panas. Tapi disni bukan hanya suhunya saja yang panas,tapi ada “something” yang membuat badan saya terasa panas

6.  Girilaya
Well, siapa yang belum tahu dolly???  Tempat prostitusi tebesar di Asia tenggara. Congrast! Siang memang panas, karena hamper sepanjang 2km tidak ada pohon sama sekali , hanya wisma dan wisma. Kalau malam akan semakin panas lagi :p 






5. Gunugsari – Mastrip
Dari arah gunung sari menuju mastrip memang ada pohon walaupun disisi kiri jalan. Tapi disini seringkali macet,sehingga membuat jengkel anda bila tidak ada tempat berteduh








4. Banyuurip – Margomulyo
Sama seperti point diatas, cuman kali ini diperparah dengan lebar jalan yang hanya cukup sangat cukup. Apalagi siang hari sering lalu lalang truk-truk besar. Macet dan panas-lah jadinya







3.  Kalianak – Margomulyo
Ini memang kawasan industry, tapi alangkah baiknya walikota Surabaya menghijaukan juga tempat ini. Sepanjang jalan kalianak menuju margomulyo anda hampir tidak bias melihat pohon,hanya gudang dan gudang . polusi jelassss..








2.  Jalan merr ( jl. Ir. Soekarno)
Mungkin pendapat saya salah, karena sudah 1 tahun lebih jalan merr lingkar timur Surabaya beroperasi tidak ada pohon yang di tanam, baik di sisi jalan atau tengah-nya. Sepanjang berkilo-kilo meter mulai dari Kertajaya  sampai menuju UPN ( Universitas Pelita Harapan). Tidak ada atau belum ada pohon yahy??





1.      1.  Kedungdoro – Pacarkembang
This is number one. Kalau anda protes dengan saya boleh, bila jalan Kedungdoro-Pacar kembang adalah kawasan terpanas Surabaya. Tapi saya akan lebih protes terhadap mangkraknya proyek Fly over yang tak kunjung rampung sejak jaman “dahulu kala”. Padatnya kendaraan + tidak ada pepohonan+ pedagang kaki lima + tidak ada polisi + banjir bila hujan. Inilah alasan saya menempatkan Kedungdoro – pacarkembang menjadi jalan nomor satu yang paling saya hindari di siang hari.

Jumat, 23 Agustus 2013

My story 4 – Pengangguran



Setelah keluar dari SMA Walisongo di Simojawar saya resmi jadi pengangguran di rumah.
Memang beneran loh, kerja itu susah jadi pengangguran itu jauh lebih susah. Saya terpaksa harus menganggur karena waktu itu adalah bertepatan dengan 1 bulan sebelum  puasa ramadhan , jadi orang tua menyarankan untuk nunggu setelah lebaran baru cari kerja lagi. Ya sudah lah,,, walaupun pengangguran waktu itu saya sangatlah sibuk – hehehe

Masa nganggur saya habiskan hanya untuk beribadah dan beribadah. Pokoknya tahun itu saya fokuskan 100% hanya untuk ibadah.  Tidak ada hari tanpa tasbih. Kemana-pun selalu bawa tasbih – hehehe
Sore mengajari anak kampung ngaji, malem tarawih+tadarus+tahajjud di musholla. Entah karena kedekatan dengan Allah waktu itu saya merasa tidak kekurangan sama sekali,tidak ada emosi,tidak ada keduniawian. Rasanya bebas,dan  plong…

Namun gag enaknya ada di lebaran. Lebaran jadi gag ada uang, dan masih mengharapkan uang pemberian dari keluarga-keluarga. Udah gag sekolah+gag kerja….. haduh, rasanya malu kalo ketemu keluarga-keluarga
..
Setelah lebaran, saya mulai coba bikin surat lamaran untuk pertama kalinya. Hahaha saya masih inget waktu itu bagaimana nulis surat lamaran di Folio dan pinjem contoh surat lamaran  Kerja di tetangga untuk saya salin.

next, Baca terus kisah saya selanjutnya,,

Selasa, 20 Agustus 2013

My Story 3 – SMA Wali songo



Jujurnya saya sedikit menyesal akan keputusan saya untuk mengundurkan diri dari sekolah,tapi itu adalah pilihan dalam hidup saya dan itulah adanya.

Ketika ada pemikiran untuk kembali bersekolah lagi dan memang tidak ada dana sama sekali saat itu – saya  kebetulan (sangat kebetulan)  menemukan sebuah iklan dalam Koran Radar Surabaya, kalau tidak salah sih’ awal 2007. Yang isi dari Inti pesannya adalah”di butuhkan siswa berijazah SMP untuk bisa bersekolah di SMA WaliSongo Surabaya”  yang bertempat di jalan Simojawar  7/54 tersebut, tidak hanya itu pihak WaliSongo akan menanggung semua kebutuhan dan perlengkapan sekolah sisawanya , akan dipondokan , dan diberikan pengalaman kerja.  Waaaaaahhh lumayan nih’ cock sekali untuk saya – pikirku* bisa sekolah – bisa kerja – bisa mondok  dan memeperdalam ilmu agama. Untuk mengechek kebenaran akan iklan tersebut saya segera telpon nomor yang bersangkutan.

Singkatnya,saya berhasil diterima  sebagai  siswa SMA WaliSongo Surabaya. Saya tidak hanya sendiri tapi juga mengajak satu sahabat saya, yang juga bernasib sama - putus sekolah.

awalnya Kami tidak pernah menaruh curiga akan Sekolah ini. sekolah ini besar, sekitar  2 hektar lah untuk sekolah jenjang SD.SMP dan SMA . Toh kepala sekolah saya yang bernama pak Maloko – juga baik kepada kami karena beliau-lah yang meng-iklankan sekolah itu di berbagai surat kabar,jadi beliau juga menanggung segala kebutuhan pokok kami.

Tapi tidak tahu kenapa 2 minggu kemudian baru saya sadari kalau SMA ini akan segera bangkrut – konon kabarnya sekolah ini terlalu sepi peminat, jadi tahun ajaran baru ini diharuskan 1 kelas harus minimal 30 sisa, maklum sejak saya masuk,hingga keluar hanya ada 7 siswa dalam satu kelas.

Dengan adanya kabar itu saya merasa bimbang lagi, di tambah lagi dengan hilangnya tanggung jawab kepala sekolah akan biaya hidup kami – uang pendidikan pondok, uang untuk makan dan janji akan di pekerjakan ( di beri pekerjaan) juga belum di terima. Karena Uang kami semakin menipis untuk makan sehari-hari , saya berpikir keras dan harus mengambil keputusan, apakah melanjutkan sekolah ataukah tidak.

Dan dengan pertimbangan berbagai hal – Bismillahirrahmanirahim saya balik kerumah, saya keluar sekolah dari SMA Walisongo.

Namun ada berbagai tambahan pengalaman dan teman baru yang sangat mampu merubah hidup saya kedepannya.

SMA Wali songo di tahun 2009 akhirnya di tutup karena 100% siswanya tidak lulus. Sangat sayang sekali…
Saya berharap ada alumni SMA Walisongo yang membaca blog ini,dan menghubungi saya,untuk temu kangen....

Bersambung…

Sabtu, 17 Agustus 2013

My Story 2 - Karyawan Pabrik Borongan


Dengan berbekal ijazah SMP dan tanpa KTP saya ikut Ibu saya kerja menjadi karyawan borongan di salah satu pabrik kayu di Margomulyo Surabaya.  Inilah pekerjaan pertama saya, Karyawan Borongan Pabrik. 

Pada waktu itu karyawan borongan di bayar per biji kayu yang sudah di amplas, karena pada waktu itu saya bertugas menjadi tukang amplas. Satu pabrik dengan ibu. dari rumah ke Margomulyo makan waktu 45 menit pakek motor astrea,bensin masih patungan dengan ibu. :( 

Pada saat bahan sedang Rame-ramenya saya bisa meng-amplas 200 biji lebih kayu yang seharga 75 rupiah. Kalikan saja berarti 15 ribu satu hari. Hehehe saat itu uang tersebut sangat berharga lahh.. keringat sendiri J. Saya menerima gaji 2 minggu sekali. Dan rekor pernah saya dapatkan 180ribu dalam 2 minggu. Lagi-lagi saya sangat senang sekali - maklum baru menerima uang sebesar itu…. Dan keringat sendiri lagi!

Dari uang 180ribu itu saya langsung belikan gitar pertama.dengan merk Yamaha berwarna hijau saya merasa senang karena pada masa teman-teman masih meminta uang untuk beli ini itu –saya mampu membelinya dengan keringat sendiri – Alhamdulillah…

Sekitar 3 bulanan menjadi karyawan borongan pabrik kayu, saya merasa tidak nyaman, pikiran untuk malas bekerja muncul. Dan saya ingin melanjutkan kembali ke sekolah. Tapi mana mungkin saya meminta ke orang tua??? gag bisa

Awal maret 2007 saya membaca Koran dan kebetulan ada iklan bais yang membuat saya tersenyum, dan Alhamdulillah ada jalan terang yang saya rasa.
Sekolah Gratis,
Bersambung….

Senin, 12 Agustus 2013

My story (part 1) DO sekolah



Alhamdulillah, Saat ini kita masih bisa di berikan nimat yang tiada taranya, nikmat sehat dan bisa membaca tulisan saya.

Kali ini saya ingin sedkit curhat (gag sedikit seh) dan membawa anda untuk ikut dlam flashback pikiran saya. Bagaimana saya yang dulu jauhh berbeda dari saya yang sekarang. Mengingat kalau dulu saya bukanlah siapa-siapa, anak yang putus sekolah, dan saya yakin tidak mempunyai harapan kedepannya. 

Pesimis, dan tidak punya harapan baik kedepannya saat saya memilih untuk DO dari sekolah pada semester pertama kelas X SMA Negeri di Surabaya Utara. Dan pada waktu itu saya memutuskan untuk bekerja, meninggalkan buku pelajaran . Rasanya  iri sekali  ketika melihat teman-teman masih bisa menikmati sekolah, sedangkan saya harus memeras keringat untuk mencari lembaran uang untuk hidup. Pun ketika bertemu mereka dijalan, saya harus buang muka atau tutup muka karena malu.

Saya bukanlah siswa yang nakal – saya berhenti sekolah juga bukan karena perintah dari sekolah  - tapi pada saat itu saya ingin membantu orang tua. Kasihan sekali melihat bapak mengayuh becak panas2 hanya demi melihatku sekolah.  

Akhirnya awal November 2006 dengan berat hati saya pamit dengan teman-teman…. Air mata pada saat itu gag tau kenapa  gag bisa keluar, tapi tahukah anda, kalau tangisan hati ternyata lebih membekas.

Dengan berbekal ijazah SMP dan tanpa KTP Bocah 16 tahun ini mulai mencari pekerjaan….

Bersambung…..

Minggu, 11 Agustus 2013

Anda tertarik menjadi Pengemis??


Bila anda menyaksikan tayangan "Hitam Putih" edisi 11 agustus 2013 ,mungkin anda akan tercengang melihat dan menyakiskan kesaksian seorang pengemis jakarta yang mendapatkan penghasilan melebihiseorang mangaer manapun.


sayangnya saya masih belum mendapatkan informasi dari pengemis surabaya. oleh karena itu saya mengutip dari sumber yang membahas tentang pengemis di jakarta.


Datangnya bulan Ramadan membawa keuntungan tersendiri pada para pengemis. Bulan yang juga dikenal sebagai bulan penuh berkah ini ternyata meningkatkan pendapatan pengemis cukup signifikan.

Seorang pengemis Rumiyati (54) mengatakan, saat Ramadan, dirinya meraup pendapatan minimal Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per hari. Biasanya wanita paruh baya ini hanya mendapatkan uang sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta dari kegiatan mengemisnya.

"Ada yang bahkan memberikan uang Rp 50.000 sekali ngasih," ujarnya pada merdeka.com saat ditemui di bilangan Fatmawati, Jakarta, Minggu (11/8).

Mengapa bisa sebesar itu pendapatannya? Wanita asal Tegal ini mengungkapkan strateginya yakni pada siang hari dia mengemis di jalanan seperti biasa atau di lokasi pemakaman untuk meminta kepada para peziarah. Sementara saat malam datang dia berpindah menuju masjid tempat pelaksanaan ibadah tarawih untuk meminta-minta sesudahnya.

"Orang-orang lebih mudah memberikan uang saat bulan ini," tuturnya.

Ternyata ibu dari 3 anak ini tidak betul-betul miskin. Dia mengaku bahwa dirinya memiliki sawah di kampung halamannya. Kegiatan mengemis ini dilakukan biasanya saat dia menunggu musim panen.

"Atau ya memang karena bulan Ramadan ini," ucapnya.

Yati, panggilan akrabnya, menyatakan dirinya tidak malu pada kegiatan sambilannya ini. Pasalnya, di kampung halamannya, dia tidak sendiri yang melakukan hal tersebut.

"Yang penting kan halal, mas. Dari pada mencuri," imbuhnya.

Sebelumnya, Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.

"Kalau yang segitu biasanya didapat pengemis dengan tingkat kekasihanan yang sangat sangat kasihan. Seperti pengemis kakek-kakek atau ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).

Kemudian, lanjutnya, untuk pengemis dengan tingkat kasihan yang standar atau biasa saja dalam sehari bisa mendapatkan sekitar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu.

"Itu seperti anak-anak jalanan yang saat mengemis mengandalkan muka memelas," tuturnya.

Satu hari Rp 1 juta, kalikan 30 hari. Pengemis ini bisa dapat Rp 30 juta per bulan. Bermodal perkusi dari tutup botol, anak-anak jalanan mengantongi Rp 12 juta lebih.

Maka silakan bandingkan dengan gaji manajer di Jakarta. Penelusuran merdeka.com, gaji manajer di Jakarta rata-rata berkisar Rp 12 hingga 20 jutaan. Gaji pemimpin cabang sebuah bank rata-rata Rp 16 juta. Sementara Kepala Divisi Rp 20 juta.

Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer. Tak mudah mencapai posisi itu.

Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang.

Luar biasa memang. Gaji seorang manajer kalah oleh pengemis. Teller bank yang selalu tampil cantik dan modis, gajinya hanya sepertiga anak jalanan yang bermodal tampang memelas.

"Karena pendapatan yang terbilang fantastis itulah, para pengemis enggan beralih profesi. Cukup bermodal tampang memelas, tanpa skill apapun mereka bisa dapat uang banyak dengan mudah," kata Miftahul Huda.

Dia menambahkan maraknya pengemis dan gelandangan yang tersebar di Ibukota disinyalir sudah teroganisir. Diduga ada sindikat yang mengatur kelompok pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian 'beroperasi' di wilayah yang telah ditentukan.

"Kita pernah menelusuri ke kampung halamannya. Dan memang nyatanya mereka punya rumah yang bisa dibilang lebih dari cukuplah di kampungnya itu. Itu fakta yang kita dapatkan," jelas Miftahul.


sumber

sekedar renungan 
[img] [/img]
[img] [/img]
[img] [/img]

[img] [/img]
[img] [/img]
[img] [/img]